Entah dari mana dan sejak kapan, diriku menjadi si fanatic warna merah. Aku tak tau apa yang di miliki si merah hingga aku tergila-gila padanya. Baju, sepatu, tas, celana, aksesoris-aksesoris, sungguh barang-barang yang tak bisa ku bendung untuk memilikinya, meski sering kali harga barang-barang tersebut melebihi isi dompetku yang juga berwarna merah.
Seisi kamarku berwarna merah, mulai dari cat kamar, kasur, rak buku, hingga alat-alat kosmetik ku pilih karna warnanya yang merah, sampai-sampai ibu, kakak, atau siapapun yang menginjakkan kaki di kamarku, pasti akan berkomentar,
“Tinggal asapnya aja yang gak ada”
“Hati-hati, kalau di lihat pemadam kebakaran, bisa di semprot air”
“ Awas di sambar petir atau di lihat banteng”
Kata-kata itu sudah berulang kali aku dengar, menurut mereka kamarku seperti kebakaran, semuanya merah seperti api yang berkobar.
Aku sangat senang saat imlek tiba, karna pada saat itu seisi kota berhiaskan pernak-pernik berwarna merah, di mal, di rumah warga yan merayakan, hingga di jalan raya, membuat mata dan semangatku menjadi merah. Yach, meski aku tidak merayakan tapi aku turut meramaikan dengan memakai baju merah lengkap dengan aksesorisnya.
Saat teman-teman lagi ke luar kota atau saat aku ultah, mereka tidak perlu pusing tujuh keliling untuk cari oleh-oleh atau kado. Tinggal di kasih aja barang yang berwarna merah, pasti aku senang, meski hanya sebuah pulpen, yang penting warnanya merah.
Jika keluarga berunding menentukan warna seragam kebaya untuk di pakai di acara pesta pernikahan keluarga, aku tidak pernah di ikut andil, dan memang tak di ikutkan, karna semua sudah tau, tiada lain tiada bukan yang terbaik dan terindah di mataku hanyalah si merah. Begitupun saat teman-teman berdiskusi untuk warna baju seragam kantor, aku hanya diam menunggu keputusan dan ikhlas menerima.
Saat berkumpul dengan teman-teman, aku sering skali membanggakan si merah, lambang keberanianlah, semangatlah, kemewahan, hingga pembawa keberuntungan, meski aku juga tak tau pasti kebenaran dari semuanya itu. Ya..,percaya gak percaya. Selain itu, barang-barang merah yang baru aku beli & dapatkan, meski hanya bungkusan makanan atau kantongan belanja, sering aku pamerkan dengan bangga di hadapan teman-teman meski tak satupun yang merasa iri. Aku heboh sendiri.
Rasa ingin memilikiku sangat tinggi bahkan menjurus klepto saat aku dapatkan barang-barang berwana merah. Saat berkunjung ke rumah teman atau saudara yang awalnya hanya sekedar bersilaturahmi atau kumpul-kumpul, aku malah pulang dengan membopong barang miliknya yang berwarna merah tentunya. Dari bujukan, rengekan, rayuan, hingga aku rela mengocek dompet untuk mendapatkannya namun kenyataannya
mereka ikhlas memberi tanpa di pungut biaya yang ku balas dengan ucapan terima kasih dan senyum termanisku. Hehehehehe…..
mereka ikhlas memberi tanpa di pungut biaya yang ku balas dengan ucapan terima kasih dan senyum termanisku. Hehehehehe…..
Berbagai julukan pun aku dapatkan dari teman-teman maupun dari keluarga ku, mulai dari si mata merah, power ranger merah, si gila merah, cinta merah bahkan tak sedikit yang sudah akrab memanggilku dengan nama cella’ yang berasal dari bahasa bugis yang artinya merah.
Dulu, aku pernah menerima cinta seseorang karna saat pertemuan pertama kami & berkenalan dengannya, ia memakai baju berwarna merah dan kendaraan dengan warna yang sama. Aku berpikir dia sealiran denganku, akupun tertarik padanya, namun aku keliru karna semuanya kebetulan semata, namun semenjak ia tahu kegilaanku itu, dia pun gila sendiri, sering kali dia bela-belain beli baju merah dan memakainya saat kami jalan berdua hanya untuk menyenangkanku, karna dia sadar cintaku pada merah melebihi cintaku padanya. saat weekend, dia slalu mengajakku ke Pantai losari, trus ke jln.Sulawesi (sekitar pantai losari) makan pisang epe’ atau pisang goreng kipas sembari melihat rumah-rumah & lampu-lampu pion milik warga tionghoa yang berjejer rapi di sepanjang jalan. Sungguh indah.
Dan sempat juga terlintas keinginanku, jika nanti aku punya anak perempuan ’kan ku beri nama MERAH. Teman-teman yang mendengar keinginanku itu, langsung nyeletuk
“Trus cari suami yang nama depannya NA, contoh HASANUDDIN, jadi anakmu nanti MERAHNAsanuddin.”
Hahahaha….
Aku hanya bisa ikut tertawa mendengar ledekan temen-te